Pusat Perbelanjaan Pasar Baru (Pasar
Baroe), berlokasi di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pasar Baru
menurut sejarahnya dikenal sebagai salah satu daerah perdagangan tertua
di Kota Jakarta dan merupakan satu di antara sedikit tempat bersejarah
yang masih bertahan, seiring derasnya pertumbuhan pusat perdagangan
modern di kota ini.
Menurut riwayat, pasar yang berdiri sekitar
tahun 1820 M ini merupakan warisan dari zaman Belanda dulu, tepatnya
pada masa VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) berkuasa di Batavia.
Dulu Pasar Baru dikenal sebagai daerah pertokoan elit karena lokasinya
yang berdekatan dengan kawasan Rijswijk (sekarang Jalan Veteran, Jakarta
Pusat), sebuah kawasan orang-orang kaya di Batavia. Kawasan ini pada
zaman dulu layaknya daerah Menteng atau Pondok Indah pada masa sekarang.
Nama
Pasar Baru konon diwarisi secara turun-temurun sejak zaman VOC, dengan
ejaan tepatnya ‘Passer Baroe‘. Di gapura masuk masih tertera tulisan
Passer Baroe, meski masyarakat tetap saja menyebutnya Pasar Baru.
Seorang
penulis Amerika, HW Ponder, mencatat bahwa kemunculan kawasan
perbelanjaan Pasar Baru terkait dengan berakhirnya Kota Tua Batavia
bagian utara sebagai kawasan hunian. Karena dibangun di atas lahan
reklamasi, dengan jalanan sempit dan begitu banyaknya kanal air yang
tidak terawat, warga Belanda di Batavia bagian utara akhirnya berpindah
beberapa mil ke kawasan selatan pada awal 1800 M. Di kawasan ini mereka
kemudian membangun daerah baru yang dikenal dengan nama Weltevreden,
yang bermakna daerah yang damai atau aman. Kawasan ini kini termasuk
wilayah sekitar Pasar Baru, kawasan Lapangan Banteng
(Waterlooplein/Lapangan Waterloo), dan kawasan Istana Rijswijk (Istana
Merdeka). Sejak kepindahan inilah Pasar Baru menjadi pusat perdagangan
dan perbelanjaan masyarakat Weltevreden dan sekitarnya.
Sejak
Indonesia merdeka, Pasar Baru pada tahun 1930 telah menjadi pusat
aktivitas ekonomi Jakarta. Namun hal ini tak bertahan lama seiring
derasnya arus modernisasi yang merembes ke kota-kota besar di Indonesia.
Lambat laun gema Pasar Baru semakin menurun, seiring dengan merebaknya
pusat-pusat perbelanjaan yang lebih modern seperti mal, supermarket atau
bahkan hypermarket. Untuk melindungi pasar yang syarat nilai sejarah
ini dari kepunahan, pada tahun 2000 Pemerintah DKI Jakarta menetapkan
Pasar Baru dan kawasan sekitarnya sebagai kawasan belanja bertaraf
internasional melalui SK Gubernur No. 3048 tahun 2000.
Layaknya
pusat perbelanjaan Malioboro di Yogyakarta, Pasar Baru menyediakan aneka
barang dagangan, mulai dari barang-barang kebutuhan pimer, sekunder,
tersier, hingga kuarter. Secara umum, Pusat Perbelanjaan Pasar Baru
dibagi menjadi enam kawasan utama, yakni Metro Pasar Baru, Metro Atom,
Harco Pasar Baru, Pasar Baru, Istana Pasar Baru, dan Kawasan Pintu Air.
Saat memasuki kawasan Metro Pasar Baru, misalnya, wisatawan akan
menemukan deretan toko pakaian, toko perhiasan, arloji, barang optik,
dan lain-lain.
Hampir mirip dengan Metro Pasar Baru, di Kawasan
Metro Atom, khususnya di lantai satu, juga terdapat aneka toko yang
menyediakan barang dagangan keperluan masyarakat, seperti toko batik dan
kebaya, toko obat, toko kacamata, toko emas, toko peralatan salon,
tukang jahit, dan toko perlengkapan bayi. Di lantai satu ini juga
terdapat deretan warung makan yang menjajakan ragam kuliner, seperti
gudeg batu tulis, bubur Raffles, es Sari Salju, dan lain-lain. Sementara
di lantai dua, pengunjung segera akan disuguhi barang-barang elektorik,
terutama kamera. Lantai dua Metro Atom memang sangat terkenal sebagai
pusat toko-toko kamera. Sementara di lantai tiga bermacam pakaian mulai
jenis pakaian anak-anak, remaja, hingga dewasa, tersaji dan dapat dibeli
secara murah. Melengkapi lantai tiga, di lantai empat terdapat
toko-toko buku.
Keunikan Pusat Perbelanjaan Pasar Baru lainnya
dapat ditemui di kawasan Harco Pasar Baru. Di kawasan ini terdapat
sebuah toko khas peralatan lenong, lengkap dengan tata rias para
pemainnya, yang tak dijumpai di pusat perbelanjaan lain. Berbeda dengan
Metro Atom, Harco Pasar Baru hanya terdiri dari tiga lantai yang
mempunyai deretan toko yang sedikit berbeda, antara lain gerai bakso,
salon, toko sepatu dansa, dan toko kebaya.
Selain tiga kawasan di
atas, wisatawan juga dapat melanjutkan ke tiga kawasan lain, yakni di
kawasan Pasar Baru, Istana Pasar Baru, dan kawasan Pintu Air. Di tiga
kawasan ini, pengunjung akan menemui toko, warung, dan gerai yang
menyuguhkan barang dagangan yang berbeda dari kawasan sebelumnya,
seperti toko sepatu, toko kain, gerai penjual ikat rambut, toko alat
musik, toko olah-raga, dan toko arloji. Khusus di kawasan Pintu Air dan
kawasan Pasar Baru, terdapat beberapa pedagang India yang menjual ragam
kain tekstil dan gorden dari India. Menurut cerita, para pedagang India
memang telah lama berdagang di Pasar Baru. Ada yang mengatakan mereka
telah bersaing dengan para pedagang China, Belanda, dan Eropa di Pasar
Baru, sejak masa awal berdirinya pasar ini. Meski sekarang telah
didesain sebagai Pusat Perbelanjaan Bertaraf Internasional, konsep Pasar
Baru juga masih memberi celah pada pedagang kalangan bawah untuk
berjualan.
Selain berbelanja, wisatawan juga dapat menyaksikan
acara tahunan (bertepatan dengan ulang tahun Kota Jakarta/setiap tanggal
22 Juni), yang rutin diselenggarakan di Pasar Baru, yakni “Festival
Pasar Baru”. Festival ini biasanya dipusatkan di Kali Ciliwung—tempatnya
berdampingan dengan pasar—dan diselenggarakan sejak pagi hingga sore.
Acara yang disuguhkan dalam festival ini antara lain, lomba tarik
perahu, lomba hias perahu, gebuk bantal di atas kali, panjat pinang di
atas kali, lomba menghias toko, dan lomba modifikasi roti buaya (roti
khas Betawi). Menurut cerita, festival tahunan ini merupakan kelanjutan
tradisi pesta Peh Cun yang diselenggarakan oleh masyarakat Tionghoa di
Pasar Baru. Dulu, Peh Cun digelar pada tanggal 5 bulan 5 dalam
penanggalan Cina. Pada acara pesta tersebut, para pedagang Pasar Baru,
baik Cina maupun bukan, sejenak melupakan kegiatan dagangnya dan
berbondong-bondong datang ke pinggir Kali Ciliwung untuk meramaikan
penyelenggaraan tradisi Peh Cun. Acara utama yang sering diselenggarakan
di pesta ini adalah lomba perahu untuk memperebutkan batang bambu
berdaun yang diikat sapu tangan. Pada bambu tersebut ditaruh sebungkus
candu seharga 32 sen.
Kini dari segi arsitektur, kompleks
pertokoan Pasar Baru telah direnovasi dan dibangun dengan sentuhan gaya
modern berbentuk gedung bersusun yang tertata rapi. Oleh karenanya,
kompleks Pasar Baru juga telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas,
seperti pendingin ruangan, tangga eskalator, mushola, toilet umum,
tempat parkir, dan lain-lain.
Sumber : www.wisatamelayu.com